Beranda | Artikel
Hadiah Yang Tak Pernah Usang
Rabu, 24 Februari 2021

Hadiah Yang Tak Pernah Usang

Edisi 28 Tahun VII

<<<>>>

  • Saling memberi hadiah akan menanamkan rasa saling
  • Hendaknya kalian saling memberi hadiah, karena hadiah dapat menghilangkan kebencianyang ada dalam dada. Janganlah seorang wanita meremehkan arti suatu hadiah yang ia berikan kepada tetangganya, walau hanya berupa kaki kambing.” (H. At-Tirmidzi).
  • Hadiah tidak mesti berupa materi, namun hadiah berharga bisa berupa ilmu. Di antara keutamaan ilmu:
    • Barang siapa yang mengajak pada petunjuk yang lurus, maka baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya”. (R. Muslim).
    • Sebaik-baik apa yang ditinggalkan oleh seseorang setelah kematiannya adalah tiga perkara: anak shalih yang mendoakannya, shadaqahyang mengalir pahalanya sampai kepadanya, dan ilmu yang diamalkan orang setelah (kematian) nya”.
  • Hadiah akan semakin berkesan dan bermanfaat apabila bertepatan dengan situasi tertentu. Semisal memberi hadiah berupa buku yang membahas kelapangan setelah kesempitan kepada teman yg terkena musibah, atau buku tentang pendidikan anak untuk yang dikaruniai buah hati.
  • Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima dan membalas hadiah.

<<<>>>

Indah sekali ketika rasa benci itu hilang dari dada. Tidak ada rasa dengki dan iri, dan yang tersisa adalah cinta. Memberi hadiah merupakan salah satu perantara cinta dan penghilang rasa benci, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Hendaknya kalian saling memberi hadiah, karena hadiah dapat menghilangkan kebencian yang ada dalam dada. Janganlah seorang wanita meremehkan arti suatu hadiah yang ia berikan kepada tetangganya, walau hanya berupa kaki kambing.” (H.R. At-Tirmidzi).

Saling memberi hadiah akan menimbulkan rasa cinta

Hadiah bisa menjadi sarana agar seseorang dapat saling mencintai. Karena dalam memberi hadiah terjadi interaksi antara pemberi dan penerima, maka hubungan antara keduanya akan semakin akrab. Kekakuan yang ada, menjadi lunak dan akhirnya mencair. Serta rasa benci yang tesimpan pada akhirnya akan terkikis.

Salah satu kemuliaan ajaran Islam adalah sunnah memberikan hadiah kepada orang lain. Hal ini akan menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang serta menghilangkan perasaan yang dapat merusak persaudaraan seperti hasad, dengki, iri dan lain-lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai“ (H.R. Bukhari).

Hadiah tidak sebatas materi

Memberikan hadiah merupakan perkara yang dianjurkan oleh Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya juga terbiasa untuk saling memberikan hadiah. Hadiah tersebut tidak harus berupa materi atau harta dari kekayaan mereka.

Sebagaimana dalam sebuah hadits, dikisahkan bahwa ‘Abdur Rahman bin Abi Laila rahimahullah mengatakan, “Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu menjumpaiku lalu Ka’ab berkata, ‘Maukah kamu aku beri hadiah yang aku dengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?’. Maka, aku (Abdur Rahman) menjawab, ‘Ya. Hadiahkanlah itu kepadaku’. Kemudian Ka’ab berkata, ‘Kami bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah mengucapkan shalawat kepada engkau wahai Ahlul Bait? (Karena) sesungguhnya Allâh Ta’ala telah mengajarkan kepada kami untuk mengucapkan salam kepada (engkau)’.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah oleh kalian,

“Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa shollaita ‘alaa Ibroohiim, wa ‘alaa aali Ibroohiim, innaka hamiidummajiid.
Alloohumma baarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa baarokta ‘alaa Ibroohiim, wa ‘alaa aali Ibroohiim, innaka hamiidummajiid”.’’.

Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu yang diajarkan oleh Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  mengenai bacaan shalawat, bagi seorang Ka’ab radhiyallahu ‘anhu adalah hadiah istimewa untuk saudaranya, yaitu ‘Abdur Rahman rahimahullah. Maka begitulah yang dilakukan para pendahulu kita, hadiah yang dimaksud bukanlah hadiah berupa materi duniawi, namun ia adalah hadiah berharga berupa ilmu.

Hadiah ilmu tak pernah usang

Cobalah kita berusaha meniru apa yang telah dicontohkan mereka (para sahabat) di atas. Meski mungkin ilmu kita tak banyak, maka kita tetap perlu mencobanya. Minimal menyampaikan apa yang telah kita baca atau kita dengar. Sebagaimana ketika kita membaca nasihat pendek maka sampaikan pada yang lain di media sosial, atau kita membacakan catatan kajian kepada saudara kita yang berhalangan hadir, atau juga kita dapat memberikan hadiah berupa buku kepada saudara kita. Maka itu semua adalah hadiah berharga yang dapat kita persembahkan untuk saudara kita. 

Sebuah hadits yang dapat memberikan motivasi kepada kita untuk mengamalkan perbuatan di atas, di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Barang siapa yang mengajak pada petunjuk yang lurus, maka baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya”. (H.R. Muslim).

Sungguh ini adalah tawaran yang menakjubkan. Allah menjanjikan balasan yang begitu besar. Selain itu, disebutkan pula dalam hadits shahih yang sudah masyhur di antara kita, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya”. (H.R. Muslim).

Dan pada riwayat yang lain, Ibnu Majah menyampaikan dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sebaik-baik apa yang ditinggalkan oleh seseorang setelah kematiannya adalah tiga perkara: anak shalih yang mendoakannya, shadaqah yang mengalir pahalanya sampai kepadanya, dan ilmu yang diamalkan orang setelah (kematian) nya”.

Dan coba kita bayangkan, pahala berupa ilmu yang bermanfaat ternyata tak berhenti begitu saja. Pahala itu dapat tetap mengalir meskipun pemberi hadiah itu telah tiada. Buku yang kita hadiahkan untuk saudara kita, boleh jadi dia akan semakin kusut, catatan kajian yang bacakan untuk saudara kita boleh jadi akan memudar tintanya, atau nasihat yang kita sebar melalui media sosial boleh jadi akan tertimbun tulisan lain, namun ketika itu menjadi sarana bagi saudara kita dalam mengarahkan pada jalan yang lurus, maka semoga itu adalah hadiah yang tak pernah usang. Karena pahalanya mengalir di saat kita masih di dunia atau ketika kita telah meninggalkannya, In syaa`a Allahu Ta’ala.

Alangkah indahnya jika Anda memberikan hadiah yang tepat kepada orang yang tepat

  • Alangkah baiknya jika Anda memberi hadiah kepada orang sakit, buah, suplemen vitamin atau buku yang bercerita tentang kesembuhan setelah sakit.
  • Ketika Anda menjenguk teman yang baru melahirkan, alangkah indahnya jika Anda menghadiahinya perlengkapan bayi atau flashdiskdan buku tentang pendidikan anak. Ini tentu akan banyak manfaat dan kebaikannya.
  • Sangat sesuai sekali jika Anda mbeberi hadiah kepada orang yang sedang ditimpa musibahbencana, perlengkapan kesehatan, makanan atau buku-buku dan flashdisk yang membahas tentang kelapangan setelah kesempitan. Juga buku tentang pahala dan kebaikan dari orang-orang yang sabar dan mengharap pahala dari Allah.
  • Jangan lupa mengucapkan selamat kepada orang yang mendapat pekerjaan baru. Hadiahi iabuku-buku tentang fatwa-fatwa bagi pekerja.
  • Jika Anda memberi hadiah kepada pengantin baru, maka dapat berupabeberapa buku yang berkaitan dengan pernikahan.
  • Alangkah baiknya juga jika Anda bersegera menghadiahi ibu guru yang Anda kenal dulu waku kuliah,bisa dengan buku-buku dan flashdisk tentang amanah pendidikan dan kejujuran dalam mendidik dan mengajar anak-anak umat Islam.

Sunnah membalas hadiah ketika diberi hadiah

Selain disunnahkan memberikan hadiah, Islam juga menganjurkan kita agar membalas memberikan hadiah ketika diberikan hadiah. Bisa membalas saat itu juga atau membalas selang beberapa hari atau pekan berikutnya ketika kita mampu memberi balasan hadiah tersebut.

‘Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (H.R. Bukhari).

As-Shan’ani menjelaskan, “Hadits ini menunjukan bahwa kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menerima hadiah kemudian beliau membalas memberikan hadiah.” (Subulus Salam, Kitabul Buyu’ hal. 174).

Diringkas dari:

  1. https://muslimah.or.id/8783-hadiah-yang-tak-pernah-usang.html
    https://muslimah.or.id/5740-ide-hadiah.html
  2. https://muslim.or.id/42424-sunnah-membalas-hadiah-ketika-diberi-hadiah.html

Dimurajaah oleh Ustaz Abu Salman, B.I.S.


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/hadiah-yang-tak-pernah-usang/